Islam : Agamis Lawan dari Humoris?

Islam : Agamis Lawan dari Humoris?

Oleh: Fathi Syauqy Azzam | Sabtu, 23/10/2021 17:15 WIB

Sobat Jemmy pasti mengenal dong Coki Pardede dan Tretan Muslim. Ya, mereka berdua adalah dua nama public figure yang lahir dari sebuah acara kompetisi komedi tanah air beberapa tahun belakangan ini. Selain mereka, tentu ada ratusan komedian yang juga sukses menjadi influencer di bidangnya masing-masing dengan tetap menjaga branding komedi yang mengangkat nama mereka. Kita sebut saja Bintang Emon sebagai aktor dan selebgram, Dzawin dengan YouTube-nya, bahkan Ernest Prakarsa dengan film-film karyanya.

Jokes Tidak  Menyinggung SARA

Tahukah sobat Jemmy, sejak awal mengikuti kompetisi, para komedian ini dituntut untuk selalu kritis dalam membuat berbagai jokes yang relevan dengan keadaan terkini, sehingga dapat dinikmati penonton dengan begitu segar. Kebanyakan jokes yang mereka bawa berasal dari keresahan pribadi atau kondisi sosial yang mereka lihat secara langsung. 

Menurut penulis, berbagai hal dalam kontestasi tersebut wajar-wajar saja selama tidak menimbulkan masalah. Menghibur masyarakat dengan cara yang unik dan berbeda dibanding acara-acara hiburan yang telah ada merupakan salah satu sisi yang patut diapresiasi.

Namun entah sejak kapan, saya tidak tahu persisnya bagaimana, jokes ini kemudian menyentuh ranah-ranah yang sejatinya melenceng dari norma berkomedi. Karena dituntut untuk selalu kreatif, beberapa komedian “terpaksa” menciptakan humor-humor baru yang cenderung abai terhadap batasan-batasan yang berlaku seperti menyinggung SARA. Parahnya, jika ini sudah menyentuh ranah agama tertentu.

Islam dan Humor

Humor ada dalam Islam. Hampir tidak ada ulama yang kontra terhadap pernyataan ini. Sobat Jemmy dapat membaca kisah Nabi dan para sahabat yang sejatinya sudah cukup mewakili bahwa humor dan anekdot itu ada. Jika kita perhatikan dengan seksama, banyak sekali metode dakwah yang disampaikan oleh para asatidz, baik di perkotaan maupun pedesaan, tak lepas dari hal-hal yang menghibur dan membuat tertawa.

Sobat Jemmy mungkin bisa membayangkan bagaimana jika seorang guru mengajar tanpa humor dan ekspresi bahagia. Mungkinkah pelajaran akan mudah dipahami? Bukankah belajar akan lebih mudah apabila didesain sedemikian rupa menjadi suatu hal yang menyenangkan? Inilah yang kemudian diadopsi oleh para guru bahwa humor dapat menjadi salah satu metode pembelajaran paling efektif. Begitu pun dalam ajaran agama Islam.

Dalam sirah nabawi, terdapat beberapa riwayat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang juga bercanda. Dalam sebuah hadits, diceritakan bahwa Rasulullah pernah mencandai seorang nenek yang bertanya kepadanya tentang surga. Hadits berikut dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam Asy Syamail Muhammadiyah pada Bab “Sifat Candaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”

Contoh lainnya, dalam suatu riwayat, Ali Bin Abi Thalib hendak mencandai mertuanya sendiri yang tak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika makan kurma bersama. Ia meletakkan sebagian biji-biji kurma dari sisa kurma yang dimakannya di samping Rasulullah agar seakan-akan biji-biji kurma itu merupakan sisa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

“Ya Rasul, aku tidak menyangka Rasul menyukai kurma, hingga begitu banyak memakannya,” ujar Ali Bin Abi Thalib. “Aku tidak selapar dan selahap kamu, Ali!” ujar Rasulullah, “Terbukti kamu memakan kurma dengan biji-bijinya hingga kurma-kurma yang engkau makan tak menyisakan biji-bijinya.”

Berkomedi sambil Berdakwah

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, “Mengapa para ustadz boleh memasukkan canda dalam ‘konten’ dakwahnya, begitupun guru dalam materi yang diajarkannya, sedangkan para muridnya cenderung tidak dianjurkan?” Hal ini menjadi menarik lantaran sebagian orang menganggap ada diskriminasi bagi sebagian yang lainnya.

Mari kita kembali membayangkan sebuah analogi, yang bahkan masih menjadi sebuah realita sosial. Jika ada seorang asing menyebut kita sebagai “si bodoh”, apakah kita kemudian tersinggung? Sebagai manusia yang normal, seharusnya jawabannya adalah iya. Padahal jika kita mau berpikir rasional, hal tersebut bisa jadi sebuah fakta, bahwa setiap manusia punya kebodohan atau kelemahan dalam suatu bidang tertentu. Lantas mengapa kita tersinggung? Jawabannya adalah karena orang asing tersebut belum benar-benar mengenal kita, sehingga yang orang asing itu katakan tidak berdasar dan tidak memiliki landasan.

Begitupun dengan ajaran agama. Para asatidz perlu belajar banyak terlebih dahulu. Mereka menyadari bahwa hidup ini kompleks, sehingga harus memperhatikan berbagai aspek dan batasan dalam menyampaikan dakwahnya, terutama jika dikaitkan dengan komedi.

Batasan-batasan Humor

Etika bermasyarakat sejatinya sudah cukup menjelaskan batasan-batasan humor. Dalam ruang publik, ada unsur SARA, yang tidak boleh disentuh oleh ranah sensitif seperti politik dan komedi. Apalagi jika berbicara mengenai batasan dalam Islam, tentu lebih luas lagi maslahatnya. Islam tak hanya mengajarkan toleransi antar agama yang diimplementasikan dengan adanya larangan saling menghina, tetapi juga memberi batasan di dalam agama Islam itu sendiri, sehingga tidak saling menyakiti dan mencederai keyakinan masing-masing individu. 

Berikut adab-adab bercanda dalam Islam yang perlu diperhatikan:

1. Jujur, menghindari dusta.

“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

2. Tidak berlebihan

“Janganlah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (Shahih Al Jami’ no. 7435, dari Abu Hurairah)

3. Tidak berkaitan dengan agama, tauhid, symbol-simbol, wahyu risalah (QS At-Taubah 65-66)

4. Tidak mengandung penghinaan, meremehkan dan merendahkan (QS Al-Hujurat 11)

5. Memperhatikan usia lawan bicara

6. Tidak menjadi tabiat

7. Tidak bergurau dalam urusan serius, dan tertawa dalam urusan sedih (QS An-Najm 59-61)

8. Tidak boleh menakut-nakuti atau mengancam orang lain (HR. Abu Daud)

Dark Jokes, Kesalahan Penggunaan

Sebagai salah satu genre dalam komedi, dark joke menjadi salah satu jokes yang paling sering digunakan di media sosial. Bagi para penggunanya, dark jokes dianggap sebagai perekat pertemanan paling efektif. Sayangnya, karena komedi ini selalu membutuhkan objek untuk ditertawakan, terkadang seorang atau beberapa teman akan dikorbankan untuk menjadi objeknya. Jika dilihat dampaknya secara berkelanjutan, hal ini justru berlawanan dengan tujuan komedi itu sendiri. Inilah yang kemudian menjadi salah satu penempatan dark jokes yang salah.

Namun, seiring waktu, dark joke kemudian berkembang mengorbankan agama sebagai objeknya. Pertanyaan-pertanyaan retoris yang mempermasalahkan berbagai aturan agama diluncurkan untuk memancing perhatian publik. Akibatnya, mayoritas penikmat komedi dark jokes ini bukan benar-benar ingin mencari tahu jawabannya, tetapi sekadar untuk membuat tertawa bahkan pada titik tertentu menganggap ajaran agama hanya lelucon belaka.

Mereka yang menganggap dark joke sebagai bagian dari keakraban berdalih bahwa kita hidup di negara demokrasi yang boleh menyampaikan apapun selama tidak menyinggung SARA dan tidak merugikan orang lain. Namun, nyatanya dark joke sudah menyinggung banyak orang dan bahkan menimbulkan perpecahan. Kondisi yang semakin kacau ini tidak lain disebabkan dark joke yang disampaikan tanpa ragu ke ruang publik dan meleset jauh dari dalih para pemakainya. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan dark joke memiliki dampak mudharat yang sangat besar.

Kesimpulan

Jika sobat Jemmy meyakini bahwa tingkat pemahaman agama seseorang berbanding lurus dengan hidup yang kaku dan tanpa humor, maka sobat Jemmy bisa membaca kembali sirah nabawi yang menceritakan kehidupan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang ternyata juga bercanda. Islam mendefinisikan bahwa humor memiliki manfaat luas namun juga memiliki mudharat yang tidak kalah luas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita untuk tidak banyak tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati yakni menjadikannya keras, sulit menerima nasehat.

Pada kesimpulan ini,penulis juga ingin menyampaikan bahwa hendaknya kita sebagai manusia sadar, setiap hal di dunia ini memiliki kekurangan masing-masing. Sebab kita semua adalah ciptaan. Maka, tak berhak bagi kita untuk menjadikan kekurangan itu sebagai lelucon, apalagi jika disampaikan di ruang publik. Ini akan mencederai misi kemanusiaan untuk menjaga keharmonisan dan kesejahteraan antarindividu yang beragam.

Berkata Imam Ibnu Hibban, “Humor yang terpuji adalah humor yang tidak mengandung perkara yang dibenci Allah subhanahu wa ta’ala, tidak mengandung dosa dan tidak memutus tali silaturahmi. Adapun humor yang tercela tak beretika adalah humor yang menyebabkan permusuhan, menghilangkan, kewibawaan, memutus persahabatan, menjerumuskan seseorang ke dalam perkara yang hina, dan menyebabkan orang baik menjadi dendam ingin membalasnya”.

Daftar Pustaka

At-Tirmidzi. Syaikh Al-Albani. Al-syamā’il al-Muḥammadīyah

Ramdhani, Khalid. Akhlaq Humor Dalam Islam, Universitas Singaperbangsa Karawang

Tuasikal, M.A. (2015). Berbohong dalam Candaan. Diakses pada 19 September 2021. Dari https://rumaysho.com/10672-berbohong-dalam-candaan.html

Saputra, Andrian (2020). Mengolok-olok dan Jadikan Siksa Neraka Candaan Bolehkah. https://www.republika.co.id/berita/qkv3uz320/mengolokolok-dan-jadikan-siksa-neraka-candaan-bolehkah

Riset Tengah Tahun JMME 2021

Riset Tengah Tahun JMME 2021

Oleh: Islamic Learning and Development (ILD) | Selasa, 27/07/2021 20:05 WIB

Assalamualaikum sobat Jemmy!

Pada awal semester ini, JMME FEB UGM mengadakan “Riset Tengah Tahun” yang merujuk pada proses evaluasi Kabinet Al-Ikhwah selama satu semester ini.

Jika kalian merupakan Mahasiswa Muslim Aktif di FEB UGM, kami memohon kesediaan teman-teman untuk mengisi kuesioner di bawah ini selama 3-5 menit saja.

Selain menjadi tolak ukur kinerja kami, partisipasi teman-teman dalam riset ini akan menjadi penyemangat kami untuk terus berdakwah dalam lingkungan internal dan eksternal FEB UGM.

Jadi tunggu apalagi, segera isi link berikut ya fellas!
bit.ly/RisetJEMMY
bit.ly/RisetJEMMY
bit.ly/RisetJEMMY

Selain ikut serta dalam proses dakwah, teman-teman juga bisa berkesempatan memperoleh hadiah saldo e-wallet sebesar Rp90.000,- bagi tiga partisipan yang beruntung. Menarik bukan!?

Barakallahu fiikum!
Jazakumullah Khairan Katsiran wa Jazakumullah Ahsanal Jaza!

CP: 0895-0864-3847 (Rizqy)

Departemen Islamic Learning and Development (ILD)

JMME FEB UGM 2021
Kabinet Al-Ikhwah
#GatherBetterHappier
———————————–
Let’s get in touch
https://linktr.ee/jmme.febugm

Islam dan Terorisme : Apakah Islam Mengajarkan Terorisme?

Islam dan Terorisme :
Apakah Islam Mengajarkan Terorisme?

Oleh: Hanif Ubaidillah | Sabtu, 05/06/2021 14:25 WIB

Beberapa bulan yang lalu, Indonesia sempat dikejutkan dengan terjadinya insiden bom bunuh diri di gerbang Gereja Katedral Makassar (28/3/2021). Diduga bahwa pelaku bom bunuh diri merupakan pasangan suami istri yang menjadi anggota dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terlibat pada pengeboman di Filipina pada tahun 2019. Pelaku terlihat mengenakan celana cingkrang, bersorban, berjanggut panjang, sedangkan pelaku lainnya mengenakan cadar (niqab) serta pakaian panjang serba hitam.

Atribut pakaian pelaku mendapat banyak sorotan publik dan menyebabkan sentimen negatif di sebagian masyarakat bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan terorisme. Namun apakah benar jika Islam mengajarkan tindakan terorisme? Artikel ini akan mencoba membahas hukum terorisme dalam Islam, dimulai dari definisi terorisme dan kasusnya di Indonesia, hukum menakut-nakuti orang lain, hukum membunuh orang non-muslim, hukum bunuh diri, beserta kesimpulan penulis mengenai terorisme di Indonesia. Selamat membaca!

Definisi dan Kasus Terorisme di Indonesia

Terorisme diambil dari kata teror yang berarti usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Terorisme pada umumnya dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang umumnya adalah tujuan politik. Bentuk terorisme sendiri dapat berupa pengeboman, pembunuhan, penyerangan bersenjata, penyanderaan, pembajakan, dan lain-lainnya.

Menurut Public Virtue Research Institute, terdapat sembilan kasus ledakan bom yang terjadi di Indonesia dalam dua dekade terakhir. Sedangkan menurut Tim Analisis LAB 45, jumlah teror yang terjadi di Indonesia pada tahun 2000-2021 adalah sejumlah 552 aksi teror. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum sepenuhnya aman dari tindakan terorisme.

Hukum Menakuti-nakuti Orang Lain

Salah satu tujuan dari tindakan terorisme adalah untuk menciptakan ketakutan. Agama Islam sendiri melarang umat Islam untuk menakut-nakuti orang lain, meskipun hanya sekadar bercanda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Daud no. 5004 dan Ahmad 5: 362). Kita juga tidak boleh menakut-nakuti orang non-muslim yang berdampingan baik dengan umat muslim, sebab kita diperintah untuk bermuamalah baik dengan mereka dalam urusan duniawi.

Menakut-nakuti juga dapat dilakukan dalam bentuk mengambil atau menyembunyikan barang milik orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.” (HR. Abu Daud no. 5003 dan Tirmidzi no. 2160). Dalam hadist riwayat Muslim no. 2616, umat Islam juga dilarang menodongkan senjata tajam kepada orang lain meskipun sedang bercanda. Jika menyembunyikan barang dan menodongkan senjata tajam meskipun hanya bercanda saja dilarang, apalagi melakukan teror dengan meledakkan bom yang menakuti banyak orang. Menakut-nakuti orang lain adalah hal terlarang dalam Islam.

Hukum Membunuh Orang Kafir (Non-Muslim)

Selain bertujuan untuk menakut-nakuti banyak orang, salah satu tujuan terorisme adalah untuk membunuh golongan tertentu. Pada kasus Bom Makassar (2021), diduga kedua pelaku bertujuan untuk meledakkan diri di tengah-tengah umat kristiani dengan dalih untuk berjihad. Namun apakah hal ini dapat disebut jihad? Lalu bagaimanakah hukum membunuh orang kafir (non-muslim) dalam Islam? Sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam istilah kafir digunakan untuk menyebut orang yang beragama selain Islam. Kata kafir bukan pula sebuah hinaan, melainkan sebuah sebutan.

Islam mengelompokkan orang kafir menjadi beberapa golongan, yaitu: Kafir dzimmi, kafir mu’ahad, kafir musta’man, dan kafir harbi.

  • Kafir dzimmi adalah orang kafir yang membayar jizyah/upeti yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin.
  • Kafir mu’ahad adalah orang kafir yang bersepakat untuk tidak berperang dengan kaum muslim dalam waktu yang disepakati.
  • Kafir musta’man adalah orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin.
  • Kafir harbi adalah orang kafir yang menampakkan permusuhan dan menyerang umat muslim.

Selain dari kafir harbi, agama Islam mengharamkan umat muslim untuk membunuh tiga golongan lainnya. Terdapat beberapa dalil yang mengharamkan untuk membunuh kafir dzimmi, kafir mu’ahad, dan kafir musta’man. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. An Nasa’i). Hadits ini menunjukkan ancaman berat bagi umat Islam yang membunuh seorang kafir dzimmi hingga tidak dapat mencium bau surga. Pada hadits riwayat Bukhari no. 3116, terdapat ancaman serupa bagi orang Islam yang membunuh seorang kafir mu’ahad.

Umat Islam juga dilarang membunuh seorang kafir musta’man dalam firman Allah pada surah At Taubah ayat 6, “Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” Sedangkan seorang kafir harbi yang benar-benar memerangi umat Islam sebagaimana ketentuan syariat adalah halal untuk dibunuh. Namun umat muslim tidak diperkenankan untuk asal membunuh kafir harbi secara asal dan harus memperhatikan hukum syariat yang ada. Membunuh orang kafir yang hidup berdampingan baik dengan umat Islam bukanlah jihad dan tidak dibenarkan.

Hukum Bunuh Diri

Pada kasus Bom Makassar (2019), kedua pelaku terorisme melakukan aksi pengeboman dengan cara meledakkan diri sendiri. Apakah bom bunuh diri dibenarkan dalam Islam? Jawabannya adalah tidak. Bunuh diri diharamkan oleh syariat dan termasuk dosa yang sangat besar hingga pelakunya terancam masuk neraka. Allah berfirman dalam surah An Nisa’ ayat 29-30, “…. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Pelaku bunuh diri juga akan mendapat adzab keras berupa berulang kali membunuh dirinya dengan cara ia mati di hari kiamat nanti. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan mencekik lehernya, maka ia akan mencekik lehernya pula di neraka. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara menusuk dirinya dengan benda tajam, maka di neraka dia akan menusuk dirinya pula dengan cara itu.” (HR. Bukhari no. 1365). Begitu pula seorang yang mati dengan cara meledakkan dirinya, maka di hari kiamat nanti ia akan berulang kali meledakkan dirinya. Agama Islam tidak membenarkan bom bunuh diri.

Kesimpulan

Meskipun banyak pihak dan media yang menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan terorisme, namun syariat Islam sendiri mengharamkan tindakan terorisme. Baik dalam perkara menakut-nakuti orang lain, membunuh orang kafir (selain kafir harbi), dan bunuh diri, merupakan hal-hal yang dilarang dalam Islam. Hal ini didukung dengan dalil-dalil yang kuat dari Al-Qur’an dan hadits beserta pemahaman yang lurus dari para ulama. Sehingga apabila ada seorang muslim yang menghalalkan terorisme, maka dapat dipastikan bahwa ia memiliki pemahaman menyimpang yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Lalu apakah celana cingkrang, janggut panjang, dan cadar merupakan tanda bahwa seseorang memiliki pemahaman yang menyimpang? Jawabannya adalah tidak. Pada kenyataannya memelihara janggut, memakai celana di atas mata kaki, dan memakai cadar hukumnya adalah sunnah dalam Islam. Penampilan ini adalah sesuatu yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para salafush shalih. Sunnah ini menjadi buruk di mata beberapa masyarakat sebab keawaman mereka terhadap ilmu agama Islam dan perilaku sejumlah oknum (teroris) yang merusak citra baik dari sunnah ini.

Agama Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, sehingga isinya pun mengajarkan untuk saling menyayangi, berbuat kebaikan kepada sesama, mengajak kepada kebaikan, dan melarang dari kemungkaran. Apabila ada sejumlah oknum yang menyimpang, tidaklah sepantasnya bagi seseorang untuk melakukan generalisasi bahwa ajaran Islam juga menyimpang. Pada kenyataannya, citra buruk yang disematkan kepada umat Islam hanyalah sebatas rekayasa media saja. Sebab agama Islam mengharamkan terorisme dan mengecam para pelaku terorisme.

 

Referensi

Baits, Ammi Nur (2018). Bukan Dalil untuk Bom Bunuh Diri. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://konsultasisyariah.com/31777-bukan-dalil-untuk-bom-bunuh-diri.html

CNN Indonesia (2021). Daftar Kasus Ledakan Bom di Indonesia 2 Dekade Terakhir. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210328150157-20-623072/daftar-kasus-ledakan-bom-di-indonesia-2-dekade-terakhir

Farisa, Fitria Chusna (2021). 552 Aksi Teror Terjadi Sejak Tahun 200, Terbanyak Ada di Era SBY. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://nasional.kompas.com/read/2021/03/30/15460211/552-aksi-teror-terjadi-sejak-tahun-2000-terbanyak-ada-di-era-sby?page=all#

Nugroho, Wisnu (2021). Bom Bunuh Diri di Gerbang Katedral Makassar dan Ancaman Teror Serentak. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/30/090623665/bom-bunuh-diri-di-gerbang-katedral-makassar-dan-ancaman-teror-serentak?page=all#

Syamhudi, Kholid (2009). Apakah Semua Orang Kafir Sama? Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://almanhaj.or.id/2569-apakah-semua-orang-kafir-sama.html

Tuasikal, Muhammad Abduh (2009). Hukum Membunuh atau “Ngebom” Orang Kafir. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://rumaysho.com/379-hukum-membunuh-atau-qngebomq-orang-kafir.html

Tuasikal, Muhammad Abduh (2009). Mengenai Seorang Muslim yang Bunuh Diri. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://rumaysho.com/377-mengenai-seorang-muslim-yang-bunuh-diri.html

Tuasikal, Muhammad Abduh (2009). Penampilan Seperti Ini Bukanlah Teroris. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://rumaysho.com/419-penampilan-seperti-ini-bukanlah-teroris.html

Tuasikal, Muhammad Abduh (2015). Islam Mengajarkan Terorisme? Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://rumaysho.com/10511-islam-mengajarkan-terorisme.html

Tuasikal, Muhammad Abduh (2016). Tidak Boleh Bercanda dengan Menodong Pisau. Diakses pada tanggal 19 Mei 2021. Dari https://rumaysho.com/14554-tidak-boleh-bercanda-dengan-menodong-pisau.html

Tinta Emas Cendekiawan Muslim terhadap Kemajuan Peradaban

Gambar/ilustrasi: Unsplash.com

Tinta Emas Cendekiawan Muslim terhadap Kemajuan Peradaban.

Saat ini di dalam masyarakat kita yang majemuk dapat dijumpai narasi pemikiran yang menganggap agama islam terlalu kaku, kolot, bahkan tidak sesuai kondisi yang terjadi di masa kini. Argumen tersebut biasanya dilatarbelakangi pemahaman terhadap sebagian umat muslim yang terlalu terpaku pada suatu persoalan seperti sebatas halal haram dan kurang mengkaji keragaman pemikiran terkait hal tersebut. Perilaku beberapa kaum muslimin juga dinilai mudah terprovokasi oleh sesuatu hal tanpa mencari lebih detail fakta yang terjadi sehingga umat yang besar ini masih mudah terpecah-belah (yang mungkin) menyerupai buih sesuai perkataan Rasulullah SAW. Sikap semacam ini yang menyebabkan munculnya stigma Islam yang kaku.

Sebenarnya jika melihat hanya dari sudut pandang itu saja, tidaklah benar dan cenderung subjektif karena menilai dari orang yang menganutnya, bukan pada ide-ide yang terkandung dalam ajaran Islam.

Menilik ke masa lampau, pernah ada masa ketika Islam sesungguhnya tidak kaku, rileks, dan kritis mulai dari kemauan mempelajari dan mengadopsi pengetahuan dan budaya di luar wilayah kekuasaan umat Islam hingga kemampuan menciptakan beragam karya yang dampaknya masih terasa saat ini.

Kehadiran Islam pada awalnya muncul sebagai suatu perubahan yang progresif di jazirah arab. Banyak kebiasaan lama yang dirombak menjadi lebih baik, namun tetap ada yang diadopsi karena masih sesuai bagi umat. Perilaku diskriminatif pun berubah menjadi kesetaraan terhadap berbagai golongan baik berdasar warna kulit, asal, kedudukan, kekayaan, kekuasaan, ataupun perbedaan lainnya walaupun dalam konteks barat modern masih menganggap hukum terhadap gender terutama perempuan masih belum sesuai. 

Setiap masa dalam periodisasi sejarah umat islam juga menunjukkan banyaknya tokoh pemikir yang muncul walaupun terkadang ada masanya mengalami kemunduran. Saat zaman klasik yang memperlihatkan semakin meluasnya pengaruh islam dimulai dari abad 8 M sampai nantinya terjadi kemunduran sekitar abad 13 M terdapat masa keemasan islam atau islamic golden age. Dengan dukungan yang baik dari pemerintah berupa dana maupun faktor lainnya sehingga tidak heran banyak didirikan tempat-tempat diskusi keilmuan seperti madrasah maupun perpustakaan. Support positif semacam ini yang menjadi salah satu faktor kemajuan disamping adanya kebebasan berpikir.

Bahkan semenjak masa khulafaur rasyidin, banyak cendekiawan muslim tidak anti ide-ide di luar peradabannya bahkan mau berusaha mempelajari juga mengembangkan pandangan yang memberi kemajuan atas dasar kecintaan pada ilmu pengetahuan. Contohnya, mereka mau menerjemahkan secara masif sains dan filsafat dari Yunani maupun Romawi di barat ataupun belajar banyak dari budaya serta pengetahuan  Persia juga India. Para cendekiawan ini juga mau menemui pemikir non-muslim hanya untuk mempelajari pemikiran baru. Inilah bukti umat islam berusaha menjadi progresif, juga bukti toleransi, karena mereka tahu mencari ilmu tidak pandang bulu melihat perbedaan selama tidak berurusan dengan aqidah. Keragaman di dalam umat adalah berkah, ditunjukan oleh berbagai latar belakang pemikir. Muslim dengan beragam pemahamannya yang mampu membuat pengaruh yang pastinya membawa keuntungan bagi kemajuan peradaban. 

Penyerapan banyak pengetahuan itu juga mendapat dukungan pemerintah maupun militer yang berjuang melakukan ekspedisi perluasan (walaupun secara negatif berarti invasi) yang tidak hanya menaklukan wilayah baru tetapi juga ikut dalam penemuan berbagai peninggalan penting seperti manuskrip yang kemudian memicu lahirnya penerjemahan besar-besaran karya-karya tersebut ke dalam bahasa arab baik oleh kaum muslim maupun bukan. Teks-teks yang digubah mulai dari tulisan berbahasa Yunani (kebanyakan)  hingga Persia. Melalui jalur non-penaklukan, misalnya perdagangan mereka juga banyak mengadopsi teknologi baru. Misalnya saat melakukan hubungan dagang ke timur, khususnya Tiongkok, banyak penemuan mereka yang dibawa ke dunia islam seperti kertas ataupun mesiu. Hal seperti ini yang menyebabkan banyak kekaisaran dunia islam yang mampu memperluas wilayahnya. Turki Usmani contohnya, dapat menaklukan Konstantinopel karena kerja keras banyak pihak seperti pemimpin, ulama, para pejuang, maupun ilmuwan ahli. Meriam yang digunakan untuk melakukan pengepungan pun dirancang oleh seorang Hungaria, teknisi bernama Orban, membuktikan bahwa dalam masalah teknologi tidak masalah bekerja sama walaupun terdapat perbedaan keyakinan.

Kembali lagi ke masa klasik. Pengadopsian pengetahuan tersebut pada akhirnya menjadikan para cendikiawan mampu berpikir kritis sehingga mampu mengembangkan pemikiran tersebut menjadi lebih sempurna. Kemauan mengembangkan pemikiran inilah yang akhirnya menghantar kemajuan islam pada zaman keemasan. Ibnu Sina sebagai contoh cendekiawan dunia muslim yang terkenal  di dunia barat dengan bukunya The Canon of Medicine banyak mendapat pengaruh dari Aristoteles tetapi dia tidak lantas sependapat tetapi ada yang dikritik sehingga berkembang menjadi pengetahuan baru.

Setelah mengalami masa keemasan di zaman klasik ini, Islam mulai mengalami kemunduran semenjak pernyataan Al-Ghazali yang melakukan penentangan pemikiran Yunani serta pemurnian islam maupun faktor eksternal berupa serangan bangsa mongol yang menghancurkan perpustakaan di Baghdad. Namun, memasuki masa modern, pemikiran islam mulai bangkit kembali walaupun sebelumnya telah terdapat beragam pemikir dalam setiap periodenya.  Pada masa ini, banyak muncul pergerakan yang mencoba menggabungkan agama dengan nilai-nilai ataupun pemikiran modern dari Barat seperti nasionalisme, demokrasi, pemenuhan hak sipil, rasionalitas, kesetaraan, dan perjuangan sosial. Tokoh-tokoh yang dikenal diantara lainnya Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasjid Rida, Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal, Hasan al-Banna, dan masih masih banyak lagi. Rata-rata pergerakan ini terpengaruh oleh kemajuan barat sehingga berpandangan perlu mengadopsi cara pandang yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Di Indonesia sendiri, dahulu Hindia Belanda, juga muncul banyak tokoh pembaharuan ataupun organisasi pergerakan seperti Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari dengan Nahdlatul Ulama, dan organisasi pergerakan lainnya. Ada tokoh maupun organisasi yang masih kooperatif dengan pemerintah kolonial dengan fokus bergerak pada kemasyarakatan, kemanusian, dan pendidikan. Ada juga yang akhirnya menentang kolonialisme Belanda seperti Rasuna Said, tokoh perempuan yang dipenjara karena melakukan penentangan pada pemerintahan Hindia Belanda ataupun KH Hasyim Asy’ari yang menyerukan perlawanan terhadap Belanda dan sekutunya masa revolusi nasional Indonesia. Setelah Indonesia benar-benar merdeka dari Belanda, Banyak tokoh-tokoh pemikir Islam yang mewarnai kehidupan sosial seperti Buya Hamka, Mohammad Natsir, hingga yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia seperti Gus Dur atau Abdurrahman Wahid dan BJ  Habibie yang pernah menjabat sebagai ketua Ikatan Cendekiawan Musllim Indonesia. Sebenarnya masih banyak lagi para pemikir muslim baik dalam bidang sosial, politik, sains, ataupun bidang-bidang lainnya dari Indonesia maupun dunia yang tidak bisa penulis tulis satu persatu.

Pada akhirnya penulis berpendapat, secara subjektif memandang islam kolot kuranglah tepat. Argumen tersebut lebih menggambarkan sebagian umat islam yang tidak  lagi menjunjung tinggi logika. Sebelum mengalami masa kemunduran hingga negeri-negeri muslim tunduk pada penjajahan sampai bangkit lagi di masa modern ini yang juga mendapat beberapa pengaruh Barat, Peradaban Islam sebenarnya pernah membawa pemikiran progresif yang memiliki dampak selain pada umat sendiri juga pada dunia sekitarnya. Seperti saat zaman keemasan islam, Eropa yang mengalami masa kegelapan mendapat pengaruh ilmu yang sebenarnya berasal dari Yunani dan Romawi tetapi oleh cendekiawan dunia muslim mampu dikembangkan sehingga secara tidak langsung dunia barat yang sempat terkekang oleh banyak aturan pada akhirnya mampu mencapai abad pencerahan sehingga membentuk dasar banyak pengetahuan modern di dunia. Namun, Pemikiran islam masih dapat berkembang ditandai oleh munculnya beragam pemikir progresif muslim sekarang ini. Baik pemikir masa pra modern maupun modern pastilah memiliki sumbangsih pada kehidupan dunia ini yang tentunya bermanfaat bagi banyak orang.

REFERENSI

Peran Peradaban Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan

https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/shahab-ahmed-islam-awal-sangat-rileks-ortodoksi-membuatnya-kaku-fBfe

https://www.suara.com/news/2020/04/30/155720/sejarah-peradaban-islam-dari-periode-klasik-hingga-modern?page=all

https://historia.id/kuno/articles/sepuluh-fakta-di-balik-pengepungan-konstantinopel-PdWb3

https://iranicaonline.org/articles/avicenna-ii

https://yaqeeninstitute.org/asadullah/the-structure-of-scientific-productivity-in-islamic-civilization-orientalists-fables/

https://republika.co.id/berita/nfqds932/mengenal-pembaharu-islam

https://historia.id/agama/articles/empat-tokoh-islam-di-indonesia-6jnw6

https://tirto.id/rasuna-said-politikus-ulama-perempuan-di-jalur-nasionalisme-d9gU

 

Penulis : Rizqy Ramakrisna Gustiarto

Editor : ApDeAg

Mengenal Pacaran dan Kaitannya dalam Islam

Gambar/ilustrasi: Unsplash.com

Mengenal Pacaran dan Kaitannya dalam Islam.

 “Tidak aku tinggalkan di masa setelah aku nanti fitnah yang lebih membahayakan kaum lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari 5096, Muslim 2740)

Kini, ‘pacaran’ menjadi salah satu hal dengan eksistensi yang cukup mahsyur. Bukan lagi sebuah kosa kata asing di telinga penduduk bumi, melainkan telah menjelma sebagai kelaziman bagi manusia dari berbagai jenjang usia. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘pacar’ adalah ‘teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kasih’. Sedangkan ‘berpacaran’ yakni ‘bercintaan; berkasih-kasih.’

Kebudayaan Melayu yang menjadi titik lahirnya istilah tersebut mendefinisikan bahwa pacar merupakan sebuah pewarna kuku yang dulunya acapkali menjadi salah satu adat yang perlu dilakukan ketika seorang pria memiliki ketertarikan terhadap seorang wanita. Pada penerapan adat tersebut, seorang pria yang mengalami ketertarikan terhadap pujaan hatinya akan mendatangi kediaman gadis tersebut dengan membawa tim pembawa pantun. Apabila disambut dan diterima oleh pihak gadis, maka kedua pihak yakni sang lelaki dan sang gadis akan dikenakan pacar (pewarna kuku) di tangannya yang menandakan sedang dalam hubungan. Disaat masa pacar tersebut masih belum luntur dari tangan sang pria, maka ia diharuskan untuk mempersiapkan hubungan yang lebih serius, yakni pernikahan. Jika pada masa dimana pacar tersebut luntur dan sang pemuda ini belum juga datang untuk melamar, maka terberailah hubungan percintaan antara kedua belah pihak. 

Pandangan budaya Melayu tersebut tentu berbeda dengan definisi ‘pacaran’  di zaman saat ini, terutama di Indonesia. Perlahan pacaran berevolusi dari kiblatnya, yakni mulai meniru budaya barat yang identik dengan kebebasan bergaul antara lelaki dan perempuan dengan bersentuh-sentuhan, bahkan lebih dari itu. Didukung pula dengan adanya kemajuan teknologi yang menciptakan kemasifan akses media sosial.

Berdasar penelitian yang dilaksanakan oleh Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada tahun 2012 silam, terbukti bahwa “secara rata-rata yakni 75 persen remaja di Indonesia telah berpegang tangan dengan pasangannya dalam perilaku pacaran”. Di tingkat yang lebih mengenaskan, berdasar dari data oleh SKRRI BKKBN di tahun 2013 bahwa sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia telah mengalami kehamilan dan juga kelahiran pranikah. Di Indonesia, tentu hal tersebut menjadi sebuah momok tersendiri terhadap adat, budaya, dan agama yang dijunjung tinggi.

Jika dikaitkan dengan Islam, pacaran yang sekarang dilakukan oleh mayoritas remaja merupakan salah satu sumber dosa. Bahkan jikalau ditelisik lebih dalam, dosa yang dihasilkan pun bukan dosa yang ringan.  Dikutip dari firman Allah:

Dan jangalah kalian dekat-dekat dengan zina, karena sesungguhnya zina itu kotor dan sejelek-jeleknya jalan.” (TQS. Al Isra : 32).

Salah satu hal yang bisa didapat dari mendekati perzinahan adalah kebodohan. Dikutip dari sebuah jurnal Archives of Sexual Behaviour¸ bahwa dengan adanya tingkat rangsangan akibat dari sebuah perzinaan (mau secara fisik, pendengaran, atau penglihatan), hal tersebut dapat mengganggu pengambilan rjsiko dan pembuatan keputusan pada pria maupun wanita.

Contoh lain yang lazim adalah tingginya tingkat depresi terutama bagi mereka yang berpacaran lalu berpisah di tengah jalan. Di tahun 2018, sebuah penelitian yakni Depression Barometer atau barometer dalam menilai tingkat depresi di Jerman yang dilakukan oleh The German Depression Foundation, menjelaskan bahwa 45 persen sumber dari depresi di Jerman diakibatkan oleh putusnya hubungan antara kedua belah pihak yakni lelaki dan perempuan. Depresi tentunya dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, pula dengan produktivitas yang biasa kita jalani, seperti bekerja dan belajar.

Kembali  disebutkan dalam sebuah hadis,

Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah sanggup menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu obat pengekang nafsunya.” (HR. Bukhari no. 5056, Muslim no. 1400).

Hal di atas semakin konkret ketika didukung dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Michael J. Rosenfeld dari Stanford University. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pasangan yang telah menikah, mempunyai risiko berpisah sangat kecil dibandingkan dengan orang yang berpacaran yakni di bawah 5% di tahun pertama hubungan dan terus menurun di tahun-tahun berikutnya. Sedangkan bagi mereka yang hanya berpacaran mempunyai tingkat di atas sekitar 70% untuk berpisah di tahun pertama.

Dari contoh-contoh tersebut, diketahui bahwa sebagai muslim yang taat sudah seharusnya menuntun  kita untuk menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, salah satunya adalah perzinaan. Bahkan mendekati pun, patut kita hindari. Entah sekadar kita dekati dari segi pendengaran, penglihatan, maupun secara fisik seperti pacaran. 

Bagi lelaki, dapat dilakukan dengan  menjaga  pandangan kita terhadap perempuan. Hal tersebut dilakukan bukan hanya sekadar untuk menjauhkan diri dari zina mata, namun juga sebagai bentuk respect kita terhadap kaum perempuan, dan sebaliknya bagi perempuan.

Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Imam Ahmad).

 

REFERENSI

DalamIslam.com. “15 Penyebab Pacaran Dilarang Dalam Islam dan Dalilnya,” March 31, 2018. https://dalamislam.com/info-islami/penyebab-pacaran-dilarang-dalam-islam.

“Arti Kata Pacar – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.” Accessed September 22, 2020. https://kbbi.web.id/pacar.

DH, Agung. “Keperjakaan dan Keperawanan Generasi Milenial.” tirto.id. Accessed September 22, 2020. https://tirto.id/keperjakaan-dan-keperawanan-generasi-milenial-bEYw.

Ferdman, Roberto A., and Roberto Ferdman. “How the Chance of Breaking up Changes the Longer Your Relationship Lasts.” Washington Post. Accessed September 22, 2020. https://www.washingtonpost.com/news/wonk/wp/2016/03/18/how-the-likelihood-of-breaking-up-changes-as-time-goes-by/.

“Indratmoko – 2017 – PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI .Pdf.” Accessed September 22, 2020. https://core.ac.uk/download/pdf/229500341.pdf.

Indratmoko, J. Agung. “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER.” Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan 5, no. 2 (October 30, 2017): 121. https://doi.org/10.25273/citizenship.v5i2.1646.

Islam, Bimbingan. “Makna Hadits Fitnah Wanita Membahayakan Lelaki | Bimbingan Islam.” BimbinganIslam.Com (blog), November 19, 2016. https://bimbinganislam.com/makna-hadits-fitnah-wanita-membahayakan-lelaki/.

Kompasiana.com. “Asal Muasal Pacaran.” KOMPASIANA, September 5, 2014. https://www.kompasiana.com/aditiakhadafi/54f5e0aba33311156f8b4584/asal-muasal-pacaran.

Liputan6.com. “Studi: Rangsangan Seksual Membuat Anda Bodoh.” liputan6.com, January 27, 2016. https://www.liputan6.com/health/read/2422109/studi-rangsangan-seksual-membuat-anda-bodoh.

www.halloriau.com. “Menikahlah, Engkau Akan Dapatkan Semua Keutamaan Ini!” halloriau.com. Accessed September 22, 2020. https://www.halloriau.com/read-lifestyle-125923-2020-02-19-menikahlah-engkau-akan-dapatkan-semua-keutamaan-ini.html.

 

Penulis : Emirza

Editor : ApDeAg

Insecure, Tanda Kurang Bersyukur?

Gambar/ilustrasi: Unsplash.com

Insecure, Tanda Kurang Bersyukur?

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.’ ” – TQS. Ibrahim : 7

Acapkali ketika membuka social media, tanpa disadari membuat pikiran kita terpapah secara otomatis untuk  membanding-bandingkan diri kita dengan visualisasi kehidupan orang lain. Ilusinya, terlihat kehidupan mereka ‘lebih’ bahagia, sempurna, dan terlihat baik-baik saja. Hal ini cenderung membuat kita ingin mengubah diri menjadi seperti orang lain “baik-baik saja”. Sebagai manusia, tentu hal ini memicu timbulnya rasa tidak nyaman.

Alih-alih menjadikan social media sebagai tempat berbagi momen, malah memunculkan perasaan negatif seperti tidak percaya diri, misalnya. Kondisi yang sudah lumrah ini disebut dengan insecure. Lantas, apakah hal ini muncul sebagai penyebab lantaran kurangnya rasa syukur?

Menggambarkan perasaan tidak aman, insecure membuat seseorang merasa gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Sebenarnya, insecure merupakan hal yang wajar. Sayangnya, kondisi ini dapat mengganggu bila tidak diatasi dengan tepat. 

Ada beberapa hal yang menjadi faktor pemicu munculnya insecure, salah satunya adalah penggunaan social media yang terasa ‘toxic’. Terkadang, ada keinginan untuk memiliki sesuatu yang tidak ada di diri kita. Lebih parah lagi bila sampai merasa tidak cukup dengan yang dimiliki saat ini. Semua hal ini dapat menjadi beban pikiran dan berujung pada munculnya overthinking

Rasa insecure menjadi wajar bila dapat diperangi dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan bersyukur. Lalu, bagaimana rasa syukur dapat berpengaruh dalam meminimalisasi insecure

Rasa Syukur: Pengendalian Diri dalam Menghadapi Insecure 

Sebagai seorang muslim, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengimani Allah SWT dan mengikuti perintahNya. Bersyukur adalah salah satu bentuk rasa terima kasih pada Allah SWT atas segala hal yang telah diberikan olehNya. Mulai hal sederhana, oksigen yang dihirup setiap detik menjadi salah satu hal yang patut disyukuri. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa Allah telah menganugerahkan nikmat yang tak terkira begitu banyak. Sebagai hambaNya, bersyukur adalah hal yang sudah seharusnya kita lakukan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7, Ia akan menambah nikmat hambaNya yang bersyukur. Sebaliknya, azab Allah SWT sangat pedih bila kita sebagai hamba mengingkari nikmatNya. 

Bila dikaitkan dengan insecure, rasa syukur menjadi kata kunci utama sebagai cara mengatasi kondisi ini. Dengan menerima segala yang telah Allah SWT berikan sebagai hal yang memang menjadi milik kita, rasa BM (re: banyak mau) yang muncul tatkala melihat postingan di IG dapat diatasi. Di samping itu, rasa syukur akan menekan perasaan negatif. Hal ini dapat tergantikan oleh positive thinking yang dapat mengatasi overthinking.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memperbanyak rasa syukur, salah satunya adalah mengingat pencapaian yang telah didapat selama ini. Kesehatan, kecukupan finansial, dan kebutuhan yang tercukupi menjadi beberapa dari sekian banyak nikmat dari Allah SWT. Kemampuan bertahan di kondisi yang terasa ‘berat’ serta keteguhan untuk tidak menyerah juga menjadi bentuk pertolongan Allah SWT yang perlu disyukuri. 

Mengucapkan bacaan tahmid, “Alhamdulillah“, ketika mendapat nikmat juga dapat dibiasakan sedini mungkin. Alhamdulillah memiliki makna berupa ungkapan rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT. Selain itu, alih-alih hanya mengucapkannya, lafal ini juga harus dimaknai sebagai rasa terima kasih pada Allah SWT.

Tidak hanya lafal Alhamdulillah, lafal Masya allah juga dapat diucapkan sebagai bentuk syukur. Menurut kitab Tafsir Al Quranul Karim surah Alkahfi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menjelaskan bahwa kalimat “Masya Allah” memiliki dua makna. Pertama, hadzaa maa syaa Allah, yang berarti: “Inilah yang dikehendaki oleh Allah SWT” dan yang kedua, maa syaa Allahu kaana, yang berarti: “Apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, maka itulah yang akan terjadi”. Pada dasarnya, Masya allah diartikan sebagai sesuatu (re: hal yang menakjubkan) yang dikehendaki Allah SWT. Artinya, kita menyadari dan menetapkan bahwa hal tersebut terjadi karena kuasa Allah SWT.

Ada kalanya kita merasa lelah dan mempertanyakan hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Padahal, disebutkan dalam potongan ayat 216 surah Alimran bahwa “boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.” 

Ayat tersebut ditutup dengan kalimat Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak (re: mengetahui). Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai rencanaNya. Pastinya, rencana Allah SWT adalah yang paling baik bagi hambaNya. 

Selain rasa syukur yang harus terus dipupuk, mengistirahatkan diri dari media sosail dapat menjadi solusi mengatasi insecure. Hal ini karena seperti yang telah dibahas di awal, social media memegang peranan penting bagi munculnya insecure. Tidak hanya itu, mengalihkan diri pada kegiatan yang lebih bermanfaat dan bernilai positif juga bisa membuat lupa akan kehidupan orang lain. Memilih kegiatan yang membuat diri kita bahagia merupakan bentuk rasa syukur pada Allah SWT dan mengurangi rasa insecure juga.

Pada dasarnya, pilihan untuk tetap merasa insecure atau mengubahnya menjadi bersyukur itu tergantung masing-masing diri. Akan tetapi, jangan pernah lupa kalau rasa syukur itu harus selalu ditanamkan di setiap rentang kehidupan.  

Referensi:

https://muslim.or.id/21845-apa-arti-masya-allah.html

https://www.alodokter.com/sering-merasa-insecure-ini-cara-mengatasinya

https://www.cosmopolitan.co.id/article/read/10/2018/14834/penyebab-dan-cara-mengatasi-rasa-insecure

https://www.wikihow.com/Become-More-Grateful-to-Allah

https://yuksinau.co.id/arti-alhamdulillah/

 

Penulis : Araminta Dewati Nariswari

Editor : ApDeAg

Mas’ul JMME FEB UGM 1439 H

Mas'ul JMME FEB UGM 1439 H

[ BARAKALLAHU FIIK ]

Assalamu’alaykum.
Barakallah, selamat atas terpilihnya Iqbal Helmi Fauzi sebagai Ketua Umum/Mas’ul JMME FEB UGM 1439 H.

Semoga dapat mengemban amanah dengan sebaik-baiknya selama periode satu tahun kepengurusan kedepan.

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,” (QS. Al-Anbiya (21):73)

JMME FEB UGM
#SatuHatiMenginspirasi

Membahagiakan diri dengan cara yang benar

Membahagiakan diri dengan cara yang benar

Assalamu ‘alaykum warakhmatullahi wabarakatuh

Shabahal Khair ya Ikhwan wa Akhwat…
Bagaimana kabarmu wahai saudaraku??
Semoga masih dalam keadaan beriman kepada Allah SWT. Aamiin

Kamu pemuda?
Belum bahagia dengan keadaan sekarang?
Atau kurang bisa membahagiakan diri dengan lingkungan yang ada?
Penasaran cara supaya bisa membahagiakan diri?
Kuy ikut kajian aja…
insyaAllah akan menjawab pertanyaan kamu itu dalam…

“Kajian Tematik”

Tema: Membahagiakan Diri dengan Cara yang Benar
Pemateri: Ustadz Erlan Iskandar
Hari, tanggal: Rabu, 8 November 2017
Pukul: 16:00 – 18:00 WIB
Tempat: U314

GRATIS
Terbuka untuk Umum
Tersedia makan malam

Jangan lupa ajak teman-temannya ya, semakin banyak teman semakin bertambah pahalanya

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)

Wassalamualaykum Warakhmatullahi Wabarakatuh

Departemen Pelayanan Umat dan Syiar
JMME FEB UGM
#SatuHatiMenginspirasi

Jmme Berprestasi 2

Jmme Berprestasi

[ JMME Berprestasi ]

Barakallah, selamat kepada

– Ahmad Zufar Rabbani (Staff Ahli Departemen Eksternal dan Sosial Kemasyarakatan)
– Fauzan Aji Dewantara (Staff Ahli Departemen Kajian Keislaman)
– Ega Kurnia Yazid

atas prestasinya sebagai Juara 3 dan Delegasi Terbaik dalam Lomba Call for Paper, Konferensi Mahasiswa Nasional, Ekonomi Bebas Korupsi VIII, Universitas Gadjah Mada.

Semoga dapat terus berprestasi dan memberikan inspirasi untuk generasi rabbani.

“Ketika belajar adalah ibadah, maka prestasi adalah dakwah”

JMME FEB UGM
#SahabatKebaikan
#SatuHatiMenginspirasi

JMME Berprestasi

JMME Berprestasi

[ JMME Berprestasi ]

Barakallah, selamat kepada

Dinda Virgita (Staff Departemen Eksternal dan Sosial Kemasyarakatan)

atas prestasinya sebagai Juara 1 dalam National Bussiness Plan Competition, Kreasi 2017 di Universitas Brawijaya.

Semoga dapat terus berprestasi dan memberikan inspirasi untuk generasi rabbani.

“Ketika belajar adalah ibadah, maka prestasi adalah dakwah”

JMME FEB UGM
#SahabatKebaikan
#SatuHatiMenginspirasi